DESKRIPSI
LUKA
1.
PENDAHULUAN
Luka merupakan
gangguan dari kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh suatu energi mekanik eksterna. Terminologi cedera
di gunapakai secara sinonim dengan kata luka, malah dapat memberikan maksud
yang lebih luas dan tidak hanya membahas kerusakan yang diakibatkan oleh energy
fisik tapi juga kerusakan lain yang diakibatkan oleh panas, dingin, bahan
kimiawi, listrik dan radiasi. (1)
Kata Inggris ‘injury’ berasal dari
kata Latin ‘injuria’ yang bermaksud tidak berperikemanusiaan. Terminology
‘lesi’ awalnya bermaksud cedera namun semakin digunapakai untuk mendeskripsikan
suatu cedera, penyakit maupun degenerasi local pada jaringan yang dapat
mengakibatkan perubahan fungsi atau struktur. (1)
Oleh karena itu, penggunaan kata
cedera atau luka merujuk kepada kerusakan akibat dari penyebab bukan alami, sementara
kata lesi merujuk kepada suatu yang tidak dapat dipastikan apakah disebabkan
oleh penyebab alami atau tidak. (1)
2.
KLASIFIKASI
LUKA
Secara umumnya, luka atau cedera
dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut penyebabnya yaitu, trauma tumpul,
trauma tajam dan luka tembak. (1)
a.
LUKA
TRAUMA TUMPUL
Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau
senjata dalam berbagai bentuk, alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat
yang dibuat manusia seperti kampak, pisau, panah, martil dan lain-lain. Bila
ditelusuri, benda-benda ini telah ada sejak zaman pra sejarah dalam usaha
manusia mempertahankan hidup sampai dengan pembuatan senjata-senjata masa kini
seperti senjata api, bom dan senjata penghancur lainnya. Akibat pada tubuh
dapat dibedakan dari penyebabnya.
Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara
lain adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain. Adapun
definisi dari benda tumpul itu sendiri adalah :
·
Tidak bermata tajam
·
Konsistensi keras / kenyal
·
Permukaan halus / kasar
Kekerasan tumpul dapat terjadi
karena 2 sebab yaitu alat atau senjata yang mengenai atau melukai orang yang
relatif tidak bergerak dan yang lain orang bergerak ke arah objek atau alat
yang tidak bergerak. Dalam bidang medikolegal kadang-kadang hal ini perlu
dijelaskan, walaupun terkadang sulit dipastikan.
Luka karena kererasan tumpul dapat berebentuk salah
satu atau kombinasi dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau
luka tekan.
Luka Akibat Trauma Tumpul
Variasi mekanisme terjadinya
trauma tumpul adalah:
1.
Benda tumpul yang bergerak pada
korban yang diam.
2.
Korban yang bergerak pada benda tumpul
yang diam.
Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika
diperhatikan lebih lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu.
Derajat luka, perluasan luka serta penampakan dari luka yang disebabkan oleh
benda tumpul bergantung kepada:
1.
Kekuatan dari benda yang mengenai
tubuh
2.
Waktu dari benda yang mengenai
tubuh
3.
Bagian tubuh yang terkena
4.
Perluasan terhadap bagian tubuh
yang terkena
5.
Jenis benda yang mengenai tubuh
Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai
beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya tahan
tersebut menimbulkan berbagai tipe luka. Luka Akibat trauma tumpul dibagikan
menurut beberapa kategori:
1.
Abrasi
2.
Laserasi
3.
Kontusio
Klasifikasi Trauma Tumpul
Berdasarkan Jaringan atau Organ yang Terkena
Klasifikasi luka akibat benda
tumpul meurut jaringan atau organ yang terkena adalah sebagai berikut :
1. Kulit
a.
Luka Lecet
b.
Luka Memar
c.
Luka Robek
2. Kepala
a.
Tengkorak
b.
Jaringan Otak
3. Leher
dan Tulang Belakang
4. Dada
a)
Tulang
b)
Organ dalam dada
5. Perut
a.
Organ Parenchym
b.
Organ berongga
6.
Anggota Gerak
a. Abrasi (Luka Lecet)
Luka lecet adalah luka yang superficial,
kerusakan tubuh terbatas hanya pada lapisan kulit epidermis. Jika
abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena
sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan
pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah
arah dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman
pada luka yang menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya.
Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk
dari benda yang mengenainya. Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan
mata telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat ditentukan secara mikroskopik.
Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah saat ini (beberapa
jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa hari),
beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat
jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.
Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka
lecet dapat diklasifikasikan sebagai luka lecet gores (Scratch), luka lecet serut (Scrape),
luka lecet tekan (impact abrasion)
dan luka lecet berbekas (patterned
abrasion).
a.
Luka lecet gores (
Scratch)
Diakibatkan oleh benda runcing (
misalnya kuku jari yang menggores kulit) yang menggeser lapisan permukaan kulit
(epidermis) di depannya dan mengakibatkan lapisan tersebut terangkat, sehingga
dapat menunjukan arah kekerasan yang terjadi.
Gambar . Luka lecet
pada tangan yang disebabkan oleh benda dengan permukaan runcing. ( Dikutip dari
kepustakaan forensic pathology)
a. Luka
lecet serut (Scraping )
Adalah variasi
dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit lebih
lebar. Arah kekerasan di tentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.
Gambar . Luka lecet pada kaki.
Terlihat pengelupasan kulit yang ireguler pada lapisan kulit epidermis. (
Dikutip dari kepustakaan forensic pathology)
Gambar . Bentuk dari abrasi dapat
menandakan jenis permukaan yang kontak dengan kulit. Biasanya benda asing juga
dapat tertanam pada permukaan kulit yang abrasi, seperti aspal dari permukaan
jalan. Abrasi yang terlihat pada gambar ini sedang dalam tahap penyembuhan. (
Dikutip dari kepustakaan forensic pathology).
b. Luka
lecet tekan ( Impact abrasion)
Disebabkan oleh
penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah jaringan yang lentur
maka, bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan benda
tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan identifikasi benda penyebab yang
mempunyai bentuk yang khas, misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan
dan sebagainya. Gambaran luka lecet tekan yang di temukan pada mayat adalah
daerah kulit yang kaku dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya akibat
menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang
berlangsung pasca kematian.
Gambar . Impact abrasion pada sisi kanan wajah.
Luka lecet tekan pada area supraorbital,area zigomaticum dan sisi dari hidung
sering terlihat pada orang yang tidak sadar dan kepala terbentur di jalan.
(Dikutip dari kepustakaan forensic path 2nd ed)
Gambar . Gambar ini merupakan pola abrasi pada
abdomen. Tampak pola luka lecet yang disebabkan oleh geseran terhadap tanki
besi dengan permukaan kasar dan berkarat saat jatuh. Pola ini menandakan
permukaan dan arah dari geseran yang terjadi. (Dikutip dari kepustakaan
forensic pathology).
Gambar . Terdapat bekas besi
pemanggang pada tubuh korban yang lompat dari lantai 8 dan mengenai besi
pemanggang. (Dikutip dari kepustakaan forensic path
2nd ed)
Walaupun kerusakan yang ditimbulkan minimal sekali,
luka lecet mempunyai arti penting di dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman, oleh
karena dari luka tersebut dapat memberikan banyak hal, misalnya:
1.
Petunjuk
kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat dalam tubuh, seperti
hancurnya jaringan hati, ginjal, atau limpa, yang dari pemeriksaan luar hanya
tampak adanya luka lecet di daerah yang sesuai dengan alat-alat dalam tersebut.
2.
Petunjuk
perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul yang menyebabkan
a.) Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau penggantungan, akan tampak sebagai suatu luka lecet yang berwarna merah-coklat, perabaan seperti perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat penjerat dan memberikan gambaran/cetakan yang sesuai dengan bentuk permukaan dari alat penjerat, seperti jalianan tambang atau jalinan ikat pinggang. Luka lecet tekan dalam kasus penjeratan sering juga dinamakan “jejas jerat”, khususnya bila alat penjerat masih tetap berada pada leher korban.
a.) Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau penggantungan, akan tampak sebagai suatu luka lecet yang berwarna merah-coklat, perabaan seperti perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat penjerat dan memberikan gambaran/cetakan yang sesuai dengan bentuk permukaan dari alat penjerat, seperti jalianan tambang atau jalinan ikat pinggang. Luka lecet tekan dalam kasus penjeratan sering juga dinamakan “jejas jerat”, khususnya bila alat penjerat masih tetap berada pada leher korban.
b.)
Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas oleh ban
kendaraan, maka luka lecet tekan yang terdapat pada tubuh korban seringkali
merupakan cetakan dari ban kendaraan tersebut, khususnya bila ban masih dalam
keadaan yang cukup baik, dimana “kembang” dari ban tersebut masih tampak jelas,
misalnya berbentuk zig-zag yang sejajar. Dengan demikian di dalam kasus tabrak
lari, informasi dari sifat-sifat luka yang terdapat pada tubuh korban sangat
bermanfaat di dalam penyidikan.
c.)
Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata menempel pada tubuh korban,
akan memberikan gambaran kelainan yang khas yaitu dengan adanya “jejas laras”,
yang tidak lain merupakan luka lecet tekan. Bentuk dari jejas laras tersebut
dapat memberikan informasi perkiraan dari bentuk moncong senjata yang dipakai
untuk menewaskan korban.
d.)
Di dalam kasus penjeratan dengan tangan (manual strangulation), atau yang lebih
dikenal dengan istilah pencekikan, maka kuku jari pembunuh dapat menimbulkan
luka lecet yang berbentuk garis lengkung atau bulan sabit; dimana dari arah
serta lokasi luka tersebut dapat diperkirakan apakah pencekikan tersebut
dilakukan dengan tangan kanan, tangan kiri atau keduanya. Di dalam penafsiran
perlu hati-hati khususnya bila pada leher korban selain didapatkan luka lecet
seperti tadi dijumpai pula alat penjerat; dalam kasus seperti ini pemeriksaan
arah lengkungan serta ada tidaknya kuku-kuku yang panjang pada jari-jari korban
dapat memberikan kejelasan apakah kasus yang dihadapi itu merupakan kasus
bunuh.
e.)
Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban bersentuhan dengan
radiator, maka dapat ditemukan luka lecet tekan yang merupakan cetakan dari
bentuk radiator penabrak.
3. Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari
tempat dimana kulit ari yang terkelupas banyak terkumpul pada tepi luka; bila
pengumpulan tersebut terdapat di sebelah kanan maka arah kekerasan yang
mengenai tubuh korban adalah dari arah kiri ke kanan. Di dalam kasus-kasus
pembunuhan dimana tubuh korban diseret maka akan dijumpai pengumpulan kulit ari
yang terlepas yang mendekati ke arah tangan, bila tangan korban dipegang; dan
akan mendekati ke arah kaki bila kaki korban yang dipegang sewaktu korban
diseret.
Karakteristik
luka lecet :
1)
Sebagian/seluruh epitel hilang
terbatas pada lapisan epidermis
2)
Disebabkan oleh pergeseran dengan
benda keras dengan permukaan kasar dan tumpul
3)
Permukaan tertutup exudasi yang
akan mengering (krusta)
4)
Timbul reaksi radang (Sel PMN)
5)
Sembuh dalam 1-2 minggu dan
biasanya pada penyembuhan tidak meninggalkan
jaringan parut.
Memperkirakan umur luka lecet:
·
Hari ke 1 – 3 : warna coklat
kemerahan
·
Hari ke 4 – 6 : warna pelan-pelan
menjadi gelap dan lebih suram
·
Hari ke 7 – 14 : pembentukan
epidermis baru
·
Beberapa minggu : terjadi
penyembuhan lengkap
Perbedaan luka lecet ante motem
dan post mortem
ANTE MORTEM
|
POST MORTEM
|
1.
Coklat kemerahan
2.
Terdapat sisa sisa-sisa epitel
1. Tanda
intravital (+)
2. Sembarang
tempat
|
1.
Kekuningan
2.
Epidermis terpisah sempurna
dari dermis
3.
Tanda intravital (-)
4.
Pada daerah yang ada penonjolan
tulang
|
b. Kontusio (Luka Memar)
Kontusio
Superfisial
Kontusio terjadi
karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat. Penekanan ini menyebabkan
kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan pada
jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Kontusio adalah
suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam jaringan yang terjadi
sewaktu orang masih hidup, dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat
kekerasan benda tumpul.
Bila kekerasan
benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah dimana jaringan
longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada orang yang lanjut usia, maka
luka memar yang tampak seringkali tidaka sebanding dengan kekerasan, dalam arti
seringkali lebih luas; dan adanya jaringan longgar tersebut memungkinkan
berpindahnya “memar” ke daerah yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi.
Gambar . Battle sign. Tampak luka memar di
belakang dan dibawah telinga yang terletak di prosesus mastoid yang disebabkan
oleh darah yang berakumulasi secara gravitasi disebabkan oleh fraktur basis
cranii. (Dikutip dari kepustakaan forensic for med student)
Gambar . Racoon eyes. Tampak luka memar di
sekitar jaringan ikat longgar daerah mata disebabkan oleh fraktur basis cranii.
(Dikutip dari kepustakaan forensic for med student)
Salah satu
bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk dari benda
tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah “perdarahan tepi” (marginal
haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada
tempat yang terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan
menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk
celah antara kedua kembang ban yang berdekatan.Perubahan
warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun waktu tersebut
bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standar pasti
untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan
fisik.
Luka memar dapat
diklasifikasikan sebagai luka memar superficial (Superficial), Luka memar dalam
(Deep), dan luka memar berbekas ( Patterned/ imprint).
a. Luka
memar superfisial
Luka
memar superficial dapat terjadi secara segera, disebabkan oleh akumulasi darah
secara subkutan.
Gambar . Luka memar pada lengan. Awalnya, luka
memar memberikan warna merah kebiruan namun
seiring berjalannya waktu sel darah merah akan rusak, melepaskan
billirubin dan heme yang memberikan gambaran kuning-kecoklatan yang dapat terlihat satu minggu kemudian.
(Dikutip dari kepustakaan forensic pathology)
b. Luka
memar dalam
Luka
memar dalam menandakan adanya akumulasi pendarahan lebih dalam dari lapisan
kulit subkutan. Biasanya jenis luka ini memerlukan 1 sampai 2 hari untuk dapat
terlihat di permukaan kulit.
Gambar . Gambar diatas merupakan
luka memar dengan beberapa warna, dimana terdapat warna kekuningan yang difus
pada pinggirnya menandakan bahwa luka memar sudah terjadi sebelum foto ini
diambil. (Dikutip dari kepustakaan forensic for med student)
c. Luka
memar berbekas
Luka
memar berbekas disebabkan oleh penekanan pada tubuh, biasanya objek yang
menekan tubuh meninggalkan bekas pada permukaan kulit.
Gambar . Luka memar pada paha. (
Dikutip dari kepustakaan injury and death investigation).
Gambar . Terdapat luka memar yang
berbekas pada jejas gigitan atau bite
mark.(Dikutip dari kepustakaan bite mark pdf)
Pada mayat waktu antara terjadinya
luka memar, kematian dan pemeriksaan menentukan juga karekteristik memar yang timbul. Semakin lama waktu antara
kematian dan pemeriksaan luka akan semakin membuat luka memar menjadi gelap.
Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana yang dapat digunakan untuk menentukan
waktu terjadinya luka sebelum kematian. Namun sulit menentukan secara pasti
karena hal tersebut pun bergantung pada keahlian pemeriksa.
Efek samping yang terjadi pada
luka memar antara lain terjadinya penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan
memar yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan kesadaran,
bahkan kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah kulit
yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat
menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi
tempat media berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau
ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah
sehingga kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium
yang dapat memproduksi gas gangren.
Memperkirakan umur luka memar :
·
Hari ke 1 : terjadi pembengkakan
warna merah kebiruan
·
Hari ke 2 – 3 : warna biru
kehitaman
·
Hari ke 4 – 6 : biru
kehijauan–coklat
·
> 1 minggu-4 minggu :
menghilang / sembuh
Lebam mayat
atau livor mortis sering salah diinterpretasikan dengan luka memar. Livor
mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan
pada area mengikuti posisi tubuh disebabkan oleh akumulasi darah oleh
pembuluh darah kecil secara gravitasi.
Gambar
. Lebam mayat biasanya terjadi yang terbentuk 30 menit sampai 2 jam setelah
kematian dan perubahan warna mencapai puncaknya pada 8 sampai 12 jam setelah
kematian.( Dikutip dari kepustakaan injury and death investigation pdf)
Gambar. Lebam mayat dapat
dibedakan dengan luka memar (Dikutip dari kepustakaan
kepustakaan injury and death investigation pdf)
Perbedaan Luka Memar dan Lebam
mayat.
Luka Memar
|
Lebam mayat
|
1. Di
sembarang tempat
2. Pembengkakan
(+)
3. Tanda
Intravital (+)
4. Ditekan
tidak menghilang
5. Diiris
: tidak menghilang
|
1. Bagian
tubuh yang terendah
2. Pembengkakan
(-)
3. Tanda
Intravital (-)
4. Ditekan
Menghilang
5. Diiris
: dibersihkan dengan kapas menjadi bersih
|
Kontusio
pada organ dan jaringan dalam.
Semua organ dapat terjadi
kontusio. Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang berbeda. Pada
organ vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan
kelainan fungsi dan bahkan kematian.
Kontusio pada otak, dengan
perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi peradangan dengan akumulasi
bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi peradangan bertambah hebat.
Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan kematian.
Kontusio dan perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi
organ lain yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang
mengontrol pernapasan dan peredaran darah.
Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio.
Kontusio ringan dan sempit pada daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan
hantaran impuls dapat menyebabkan gannguan pada irama jantung atau henti
jantung. Kontusio luas yang mengenai kerja otot jantung dapat menghambat
pengosongan jantung dan menyebabkan gagal jantung. Kontusio pada organ lain
dapat menyebabkan ruptur organ yang menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh.
Kontusio
Cerebri
Hampir seluruh kontusio otak
superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu. Beberapa dapat lebih dalam,
mengenai daerah putih otak. Kontusio pada bagian superfisial atau daerah
abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya pembuluh darah
dengan terhambatnya aliran darah menuju otak menyebabkan adanya
pembengkakan dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lingkaran
kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk cukup besar, edema
otak dapat menghambat sirkulasi darah yang menyebabkan kematian otak, koma, dan
kematian total. Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah penyembuhan
kontusio tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan menyebabkan
adanya fokus epilepsi.
Perlu dipertimbangkan lokasi
kontusio tipe superfisial yang berhubungan dengan arah kekerasan yang terjadi.
Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan dalam pemeriksaan kepala dan komponen
yang terkena pada trauma sepeti pada kulit kepala, kranium, dan otak. Ketika
bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti palu atau botol bir,
hasilnya dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi
dari kulit kepala. Kranium dapat patah atau tidak. Jika jaringan dibawahnya
terkena, hal ini disebut coup. Hal ini terjadi saat kepala relatif tidak
bergerak.
Kita juga harus mempertimbangkan
situasi lainnya dimana kepala yang bergerak mengenai benda yang padat dan diam.
Pada keadaan ini kerusakan pada kulit kepala dan pada kranium dapat
serupa dengan apa yang ditemukan pada benda yang bergerak-kepala yang diam.
Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada sisi yang
berlawanan. Hal ini disebut kontusio contra-coup.
Pada pemeriksaan kepala penting
untuk mengetahui pola trauma. Karena foto dari semua komponen trauma kepala
dari berbagai tipe kadang tidak tepat sesuai dengan demontrasi yang ada,
diagram dapat menjelaskan hubungan trauma yang terjadi.
Kadang-kadang dapat terjadi hal
yang membingungkan, dapat saja kepala yang diam dan terkena benda yang bergerak
pada akhirnya akan jatuh atau mengenai benda keras lainnya, sehingga gambaran
yang ada akan tercampur, membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan
mendetail.
Tipe lain kontusio adalah
penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai daerah putih atau abu-abu,
diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil atau besar.
Perdarahan kecil dinamakan “ball haemorrhages” sesuai dengan bentuknya yang
bulat. Hal tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang disebabkan hipertensi.
Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya berbentuk ireguler dan hampir
serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke. Anamnesis yang cukup mengenai
keadaan saat kematian, ada atau tiadanya tanda trauma kepala, serta adanya
penyakit penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus lain yang menyebabkan
perdarahan.
Perdarahan intraserebral tipe
apopletik tidak berhubungan dengan trauma biasanya melibatkan daerah dengan
perdarahan yang dalam. Tempat predileksinya adalah ganglia basal, pons, dan
serebelum. Perdahan tersebut berhubungan dengan malformasi arteri vena.
Biasanya mengenai orang yang lebih muda dan tidak mempunyai riwayat hipertensi.
Edema paru tipe neurogenik
biasanya menyertai trauma kepala. Manifestasi eksternal yang dapat ditemui adalah
“ foam cone” busa berwarna putih atau merah muda pada mulut dan hidung. Hal
tersebut dapat ditemui pada kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit
jantung yang didahului dekompensasio kordis. Keberadaan gelembung tidak
membuktikan adanya trauma kepala.
d. Laserasi (Luka robek)
Suatu pukulan yang mengenai
bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio dari jaringan subkutan,
seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup
lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi
disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam
sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan
jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar,
disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata
dari benda tersebut yang mengalami indentasi.
Pada beberapa kasus, robeknya
kulit atau membran mukosa dan jaringan dibawahnya tidak sempurna dan terdapat
jembatan jaringan. Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler, kasar dan luka
lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam seperti pisau. Tepi dari
laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak
dan tepi laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi
yang terdapat memar juga menunjukkan arah awal kekerasan.
Gambar . Luka robek dengan
terdapatnya jembatan jaringan. (Dikutip dari kepustakaan ebook forensic
pathology second ed ).
Gambar . Luka robek dengan avulse
pada kulit wajah ( Dikutip dari kepustakaan ebook forensic pathology second ed)
Bentuk dari laserasi dapat
menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan tersebut. Karena daya
kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum robeknya
jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus
berbentuk permukaan palu atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering
terjadi sobekan dari ujung laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu
sendiri yang disebut dengan “swallow tails”. Beberapa benda dapat menghasilkan
pola laserasi yang mirip.
Seiring waktu, terjadi perubahan
terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan tersebut tampak pada lecet dan
memarnya. Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah, yang berada pada dasar
laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah
yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar
atau krusta. Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang
secara bertahap mengisi saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di
atas jaringan skar dan penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak mengandung
apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.
Perkiraan kejadian saat kejadian
pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti luka atau memar. Pembagiannya
adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari.
Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat
korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.
Laserasi dapat menyebabkan
perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya robekan arteri dapat
menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi
yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan
yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas
kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan
luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d
entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang
sempurna.
Bila luka terjadi dekat
persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di
gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari
sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki
jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi
sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat
dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa.Hal yang
harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat
terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan
perdarahan hebat.
Karakteristik dari luka robek:
Laceratio
Cerebri (Robek Otak)
Merupakan kerusakan jaringan otak
(white and grey mater) disertai robeknya Arachnoid.
Ada 2 macam :
1.
Direct Laceration (Coup)
2.
Countre Coup Laceration
Bagian yang mengalami kekerasan
langsung dengan benda tumpul adalah Coup sedangkan yang berlawanan adalah
Counter-Coup. Counter-Coup terjadi bila ada Oscilasi (getaran) otak yang
membentur duramater dan ini terjadi bila kepala dalam keadaan bergerak atau
bebas bergerak.
Mekanisme Terjadinya Countre-Coup :
Pada trauma tumpul kepala
terdapat Acelerasi dan Decelerasi. Pada waktu Acelerasi terjadi gerakan
tengkorak ke arah impact dan gerakan otak berlawanan dengan arah impact.Pada
waktu Decelerasi kepala bergerak tiba-tiba membentur benda tumpul. sedang otak
bergerak ke arah berlawanan dgn bagian kepala yang mengalami kekerasan tadi,
sehingga otak membentur bagian berlawanan dgn bagian kepala yang mengalami
kekerasan langsung.
e. Kombinasi dari luka lecet,
memar dan laserasi
Luka lecet, memar dan laserasi
dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama dapat menyebabkan memar pada pukulan
pertama, laserasi pada pukulan selanjutnya dan lecet pada pukulan
selanjutnya. Tetapi ketiga jenis luka tersebut dapat terjadi bersamaan
pada satu pukulan.
Luka robek atau
luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat dibedakan dengan luka terbuka
akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari sifat-sifatnya serta hubungan dengan
jaringan sekitar luka. Luka robek mempunyai tepi yang tidak teratur, terdapat
jembatan-jembatan jaringan yang menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut
tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya di daerah yang berambut, di
sekitar luka robek sering tampak adanya luka lecet atau luka memar. Oleh karena
luka pada umumnya mendatangkan rasa nyeri yang hebat dan lambat mendatangkan
kematian, maka jarang dijumpai kasus bunuh diri dengan membuat luka terbuka
dengan benda tumpul.mengenai tubuh korban
Deskripsi
luka
Dalam
mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi, bentuk, ukuran, dan
sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak perlu dicantumkan
dalam pendeskripsian luka. Untuk penulisan deskripsi luka jumlah, lokasi,
bentuk, ukuran tidak harus urut tetapi penulisan harus selalu ditulis diakhir
kalimat.
Deskripsi luka meliputi:
1. Jumlah
luka
2. Lokasi
luka, meliputi:
a. Lokasi
berdasarkan region anatomiknya.
b. Lokasi
berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian tertentu dari tubuh.
Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk luka pada regio
yang luas seperti di dada, perut, punggung. Koordinat tubuh dibagi dengan
menggunakan garis khayal yang membagi tubuh menjadi dua yaitu kanan dan kiri,
garis khayal mendatar yang melewati puting susu, garis khayal mendatar yang
melewati pusat, dan garis khayal mendatar yang melewati ujung tumit. Pada kasus
luka tembak harus selalu diukur jarak luka dari garis khayal mendatar yang
melewati kedua ujung tumit untuk kepentingan rekonstruksi. Untuk luka di bagian
punggung dapat dideskripsikan lokasinya berdasarkan garis khayal yang
menghubungkan ujung bawah tulang belikat kanan dan kiri.
3. Bentuk
luka, meliputi :
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah
dirapatkan ditulis dalam bentuk panjang x lebar x tinggi dalam satuan
sentimeter atau milimeter.
5. Sifat-sifat
luka, meliputi :
a. Daerah pada garis batas luka, meliputi :
- Batas (tegas atau tidak tegas)
- Tepi (rata atau tidak rata)
- Sudut luka (runcing atau tumpul)
b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:
- Jembatan jaringan (ada atau tidak ada)
- Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)
- Dasar luka
c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :
- Memar (ada atau tidak)
-Lecet (ada atau tidak)
-Tatoase (ada atau tidak)
a. Daerah pada garis batas luka, meliputi :
- Batas (tegas atau tidak tegas)
- Tepi (rata atau tidak rata)
- Sudut luka (runcing atau tumpul)
b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:
- Jembatan jaringan (ada atau tidak ada)
- Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)
- Dasar luka
c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :
- Memar (ada atau tidak)
-Lecet (ada atau tidak)
-Tatoase (ada atau tidak)
Pola Trauma Tumpul
Terdapat beberapa pola trauma
akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali, yang mengarah kepada kepentingan
medikolegal. Pola trauma banyak macamnya dan dapat bercerita pada pemeriksa
medikolegal. Kadangkala sukar dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa,
namun karena pemeriksa cenderung memeriksa area per area, dan gagal mengenali
polanya. Foto korban dari depan maupun belakang cukup berguna untuk menetukan
pola trauma. Persiapan diagram tubuh yang memperlihatkan grafik lokasi
dan penyebab trauma adalah latihan yang yang baik untuk mengungkapkan pola
trauma.
Trauma
|
Tumpul
|
Tajam
|
a.
Bentuk luka
|
Tidak teratur
|
Teratur
|
b.
Tepi Luka
|
Tidak rata
|
Rata
|
c.
Jembatan Jaringan
|
Ada
|
Tidak ada
|
d.
Rambut
|
Tidak terpotong
|
Terpotong
|
e.
Dasar Luka
|
Tidak teratur
|
Teratur
|
f.
Sekitar Luka
|
Ada luka lecet atau memar
|
Tak ada luka lain
|
Tabel . Perbedaan antara trauma tumpul dan trauma
tajam
Contoh pola trauma:
1.
Luka terbuka tepi tidak rata pada
kulit akibat terkena kaca spion pada saat terjadi kecelakaan, Ketika
terjadi benturan, kaca spion tersebut akan menjadi fragmen-fagmen kecil. Luka
yang terjadi dapat berupa abrasi, kontusio, dan laserasi yang berbentuk
segiempat atau sudut.
2.
Pejalan kaki yang ditabrak
kendaraan bermotor biasanya mendapatkan fraktur tulang panjang kaki. Hal ini
disebut ‘bumper fractures’. Adanya fraktur tersebut yang disertai luka lainnya
pada tubuh yang ditemukan di pinggir jalan, memperlihatkan bahwa korban adalah
pejalan kaki yang ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi
bempernya. Karena hampir seluruh kendaraan bermotor ‘nose dive’ ketika mengerem
mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak kaki,
dapat mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk mengerem pada
saat kecelakaan terjadi.
3.
Penderita serangan jantung yang
terjatuh dapat diketahui dengan adanya pola luka pada dan di bawah area ‘hat
band’ dan biasanya terbatas pada satu sisi wajah. Dengan adanya pola tersebut
mengindikasikan jatuh sebagai penyebab, bukan karena dipukul.
4.
Pukulan pada daerah mulut dapat
lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang kepalan tangan, luka tumpul yang
terjadi dapat tidak begitu terlihat dari luar, namun menimbulkan edem jaringan
pada bagian dalam, tepat di depan gigi geligi. Frenum pada bibir atas kadang
rusak, terutama bila korban adalah bayi yang sering mendapat pukulan pada
kepala.
5.
Kekerasan
benda tumpul pada leher dapat berakibat :
o
Patah tulang leher
o
Robek P. darah, otot, oesophagus,
trachea/larynx
o
Kerusakan syaraf
6.
Kekerasan
benda tumpul pada dada dapat berakibat :
o
Patah os costae, sternum,
scapula, clavicula
o
Robek organ jantung, paru,
pericardium
7.
Kekerasan
Benda Tumpul Pada Perut dapat berakibat :
o
Patah os pubis, os sacrum,
symphysiolysis, Luxatio sendi sacro iliaca
o
Robek organ hepar, lien, ginjal. Pankreas,
adrenal, lambung, usus,v.urinari
8.
Kekerasan
Benda Tumpul Pada Vertebra dapat berakibat:
o
Fraktura, dislokasi os vertebrae
9.
Kekerasan
benda tumpul pada anggota gerak dapat berakibat :
o
Patah tulang, dislokasi sendi
o
Robek otot, P.darah, kerusakan
saraf
b.
LUKA
TRAUMA TAJAM
Luka benda tajakm merupakan
putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan karena trauma akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau
berujung runcing. Luka akibat benda tajam pada umumnya mudah dibedakan dari
luka yang disebabkan oleh benda tumpul dan dari luka tembakan senjata api. Pada
kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus dipikirkan
kemungkinan karena suatu kecelakaan; tetapi pada umumnya karena suatu peristiwa
pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.
Luka yang disebabkan oleh beda yang
berujung runjing dan bermata tajam dibagi menurut beberapa kategori:
1.
Luka tusuk (stab wound)
2.
Luka Iris (Incised
wounds)
3.
Luka Bacok (Chop
wounds)
Ciri-ciri luka benda tajam sering dibandingkan
dengan luka benda tumpul:
Trauma
|
Tumpul
|
Tajam
|
g.
Bentuk luka
|
Tidak teratur
|
Teratur
|
h.
Tepi Luka
|
Tidak rata
|
Rata
|
i.
Jembatan Jaringan
|
Ada
|
Tidak ada
|
j.
Rambut
|
Tidak terpotong
|
Terpotong
|
k.
Dasar Luka
|
Tidak teratur
|
Teratur
|
l.
Sekitar Luka
|
Ada luka lecet atau memar
|
Tak ada luka lain
|
Cara mendeskripsi luka tajam hendaknya ditentukan :
1. Lokalisasi :
a. Kordinat
b. Absis
2. Ukuran
3. Jumlah luka
4. Bentuk luka
5. Benda asing
6. Terjadinya intravital/post mortal
7. Luka tersebut menyebabkan kematian/tidak
8. Cara kejadian luka:kecelakaan/bunuhdiri/pembunuhan
a. Luka tusuk (Stab wounds)
Luka akibat alat yang berujung
runcing dan bermata tajam atau tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak
lurus atau serong pada permukaan tubuh. Contoh: belati, bayonet, keris, clurit,
kikir, tanduk kerbau.Selain itu, pada luka tusuk , sudut luka dapat menunjukkan
perkiraan benda penyebabnya, apakah berupa pisau bermata satu atau bermata dua.
Karakteristik dari luka tusuk:
·
Tepi luka rata
·
Dalam luka lebih besar
dari panjang luka
·
Sudut luka tajam
·
Sisi tumpul pisau menyebabkan
sudut luka kurang tajam
·
Sering ada memar /
echymosis di sekitarnya
Identifikasi senjata pada luka tusuk:
1. Panjang
Luka :
·
ukuran maksimal dari
lebar senjata
2. Dalam
luka :
·
Ukuran minimal dari
panjang senjata
3. Untuk
luka tusuk pada bagian dada stabil
4. Untuk
luka tusuk di perut tidak dapat diambil kesimpulan panjang senjatanya karena
perut sangat elastis.
Gambar . Bagian
dari senjata tajam bermata satu. ( Dikutip dari kepustakaan forensic path 2nd
ed)
Bentuk luka
tusukan di kulit ditentukan tidak hanya oleh bentuk dari pisau, tetapi juga
ditentukan oleh sifat dari kulit. Jika luka tusuk terjadi saat kulit sedang
dalam kondisi meregang, akan menghasilkan luka yang panjang, namun luka akan
tampak pendek ketika kulit dalam kondisi mengendur.
Gambar . Luka
tusuk oleh senjata tajam bermata satu. Tampak celah terbuka pada ujung atas
luka dan bentuk seperti huruf V pada ujung bawah luka ( Dikutip dari
kepustakaan forensic path 2nd ed)
Gambar . Luka
yang tidak teratur disebabkan oleh luka tusuk oleh pisau, penampakan luka
seperti disebabkan oleh pisau yang diputar atau gerakan korban untuk melepas
pisau tersebut.
Cara menentukan luka tusuk
disebabkan oleh pembunuhan atau bunuh diri:
Pembunuhan
|
Bunuh
Diri
|
Lokalisasi di
sembarang tempat, juga di
daerah tubuh yang tak
mungkin dicapai
tangan korban
|
Lokalisasi pada
daerah tubuh yang mudah
dicapai tubuh korban
(dada, perut)
|
Jumlah luka dapat
satu/lebih
|
Jumlah luka yang
mematikan biasanya satu
|
Didapatkan tanda
perlawanan dari korban
yang menyebabkan luka
tangkisan
|
Tidak ditemukan “Luka
Tangkisan”
|
Pakaian ikut terkoyak
|
Bila pada daerah yang
ada pakaian, maka
pakaian disingkirkan
lebih dahulu, sehingga
tidak ikut terkoyak
|
Ditemukan “Luka Tusuk Percobaan”
|
Tidak ditemukan “Luka Tusuk Percobaan”
|
2. Luka Iris ( Incised wounds)
Luka iris adalah luka karena alat yang tepinya tajam
dan timbulnya luka oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relatif
ringan kemudian digeserkan sepanjang kulit.
Karakteristik luka iris :
o
Pinggir luka rata
o
Sudut luka tajam
o
Rambut ikut terpoton
o
Jembatan jaringan ( -)
o
Biasanya mengenai
kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang
Perbedaan antara luka iris pada pembunuhan dan bunuh
diri:
Pembunuhan
|
Bunuh
Diri
|
Sebenarnya sukar
membunuh seseorang dengan irisan, kecuali kalau fisik korban jauh lebih lemah
dari pelaku atau korban dalam
keadaan/dibuat tidak
berdaya
|
Lokalisasi luka pada daerah tubuh
yang dapat
dicapai korban sendiri:
leher
pergelangan tangan
lekuk siku, lekuk lutut
pelipatan paha
|
Luka di sembarang
tempat, juga pada daerah
tubuh yang tidak
mungkin dicapai tangan
korban sendiri
|
Ditemukan “Luka Iris
Percobaan”
|
Ditemukan “ Luka
tangkisan”/ tanda perlawanan
|
Tidak ditemukan “Luka
Tangkisan”
|
Pakaian ikut koyak
akibat senjata tajam tersebut
|
Pakaian disingkirkan
dahulu/tidak ikut robek
|
Gambar
. Luka iris yang menimbulkan luka yang mengerut pada kulit disebabkan oleh
pisau yang ditoreh di permukaan kulit dari ujung ke ujung yang satu. ( Dikutip
dari kepustakaan forensic path 2nd ed).
Tepi dari luka
iris cenderung memisahkan atau membuat celah pada permukaan. Perluasan dari
luka dan bentuk tersebut bergantung pada paralel, melintang, atau miring ke
arah serat yang elastis di kulit (garis Langer). Dengan demikian, garis paralel
dari luka iris ke arah serat kontraktil celahnya kurang dari satu dibuat di
sudut kanan atau miring ke arah serat karena serat akan menarik dan memisahkan
tepi kulit.
Gambar . Luka
iris pada wajah disebabkan oleh pisau cukur. Tampak pinggir luka yang tajam,
dengan margin yang bersih.( Dikutip dari kepustakaan forensic path 2nd
ed).
Gambar . luka
tangkisan/perlawanan pada telapak tangan menandakan upaya untuk memegang sebuah
pisau. ( Dikutip dari kepustakaan forensic path 2nd ed)
3. Luka Bacok ( Chop Wounds)
Adalah luka akibat benda atau alat
yang berat dengan mata tajam atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan
disertai tenaga yang cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling
kapal. Kehadiran luka iris yang terdapat pada kulit, dengan fraktur comminuted
mendasari atau terdapat alur yang dalam pada tulang, menunjukkan bahwa
disebabkan oleh senjata yang bersifat membacok.
Karakteristik pada luka bacok:
·
Luka biasanya besar
·
Pinggir luka rata
·
Sudut luka tajam
·
Hampir selalu
menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan bagian tubuh yang terkena
bacokan
·
Kadang-kadang pada tepi
luka terdapat memar, abrasi
Gambar . Luka
bacok. Ciri luka bacok terdapat luka insisi sampai menembus tulang. ( Dikutip
dari kepustakaan forensic path 2nd ed)
Gambar . Luka
bacok pada antemortem pada lengan kanan. ( Dikutip dari kepustakaan forensic
path 2nd ed)
c.
LUKA
TEMBAK
Senapan
dan pistol memiliki amunisi dan kartrij yang terdiri dari primer, mesiu atau
propellant dan peluru atau projektil. Apabila picu dari senjata menghentam
primer maka ledakan yang tercetus akan membakar mesiu. Mesiu, primer yang
tervaporisasi dan metal dapat menempel pada kulit dan/atau pakaian korban.
Kehadiran dan lokasi dari elemen primer pada tangan dapat membantu dalam
mengenalpasti suspek yang telah melepaskan tembakan.
Mesiu
yang keluar dari mncung senjata terdiri dari dua jenis:
·
Mesiu yang terbakar
sepenuhnya, juga dipanggil sebagai ‘soot’ atau ‘fouling’ yang dapat dicuci dari
permukaan kulit.
·
Partikel dari mesiu
yang terbakar atau tidak terbakar yang dapat tertanam di permukaan kulit atau
memberikan gambaran ‘tattooing’ atau ‘stippling’
Ada
atau tidaknya mesiu pada pakaian atau kulit mengindikasikan apakah tembakan
merupakan:
·
tembakan kontak kencang
semua
mesiu ditemukan pada tepi atau dalam luka. Dapat juga ditemukan luka bakar pada
tepi luka atau kemerahan pada sekitar luka yang disebabkan oleh karbon
monoksida.
·
tembakan kontak longgar
mesiu
keluar dari barrel dan tertanam di sekitar tepi luka
·
tembakan jarak dekat
tembakan
jarak dekat ditemukan pada jarak kurang lebih enam sampai dengan dua belas
inci. Kedua ‘fouling’ dan ‘stipling’ dapat ditemukan.
·
tembakan jarak
intermediet
tembakan
jarak dekat ditemukan pada jarak kurang lebihdua belas sampai tiga kaki. Tidak
ditemukan ‘fouling’ tapi Cuma ditemukan ‘stipling’ atau deposit partikel pada
pakaian.
·
tembakan jarak jauh
tidak
ditemukan ‘fouling’ dan ‘stipling’
luka
tembak masuk dan luka tembak keluar mudah dibedakan. Luka tembak masuk lebih
sering berbentuk sirkuler dengan abrasi berbentuk cincin yang diakibatkan oleh
geseran peluru dan perforasi kulit. Luka tembak masuk pada wajah dapat
memberikan gambaran berbeda oleh karena permukaanya yang tidak rata.
Luka
tembak keluar dapat berbentuk sirkuler seperti luka tembak masuk namun lebih
sering berbentuk irregular. Luka dapat memberikan gambaran tepi yang tidak
rata, tidak memiliki cincin abrasi seperti luka tembakmasuk kecuali sekiranya
kulit korban menempel dengan objek lain.
Kulit
pada luka tembak keluar dapat ditemukan perubahan warna oleh karena perdarahan
pada jaringan lunak. (2)
No comments:
Post a Comment